ping fast  my blog, website, or RSS feed for Free

Ads 468x60px

Ancaman di Balik Tidur Mendengkur

Mendengkur kerap dialami sebagian orang saat tidur. Suara dengkuran keluar dari mulut. “Alunan” itu naik-turun seirama dengan tarikan napas. Dengkuran yang muncul terkadang cukup keras dan terjadi sepanjang malam. Orang yang ada di sekitarnya pun jadi terganggu. “Bahkan tak jarang terjadi disharmoni antara suami dan istri yang mengakibatkan perceraian karena salah satu pasangan senantiasa mendengkur,” kata dokter spesialis telinga-hidung-tenggorokan, Arie Cahyono, dalam seminar media tentang bahaya tidur mendengkur, di Rumah Sakit Premier Bintaro, Bintaro Jaya, Tangerang.


Arie menuturkan dengkuran terjadi karena ada saluran napas yang menyempit, sehingga membuat getaran pada langit-langit tenggorokan. Ini bisa terjadi karena adanya pembesaran amandel, adenoid (kelenjar semacam amandel tapi letaknya agak di dalam dan di tengah), lidah, serta terjadinya rhinitis kronik (peradangan kronis pada membran mukosa).

Di kalangan masyarakat, mendengkur masih dianggap remeh, bahkan dianggap sebagai tanda tidur nyenyak. Kenyataannya, mendengkur adalah gangguan tidur yang patut diwaspadai. “Sebab, bisa jadi dengkur tersebut merupakan salah satu gejala obstructive sleep apnea (OSA). Orang yang memiliki OSA akan mengalami henti napas saat tidur karena jalan napas mengalami sumbatan,” kata Arie. Di tengah-tengah dengkuran, berhentinya napas akan terjadi antara 10 dan 1 menit. Kejadian ini terus berulang sepanjang malam.

Akibat yang ditimbulkan OSA beragam, mulai lelah saat bangun, mengantuk sepanjang hari, pelupa, konsentrasi menurun, penurunan prestasi kerja, depresi, mudah tersinggung, hingga sakit kepala pada pagi hari. Hal itu terjadi karena kualitas tidur pengidap OSA otomatis menjadi buruk.

Yang tidak kalah gawatnya, OSA juga bisa menyebabkan munculnya sejumlah penyakit lain, seperti hipertensi, penyakit jantung, stroke, dan gangguan seksual. Sebab, OSA akan membuat darah kekurangan oksigen yang berlangsung kronis, menimbulkan sel-sel peradangan, dan selanjutnya membuat pembuluh darah jadi menebal. Tak aneh jika kemudian OSA memperberat kerja jantung dan membuat stres organ lain, seperti jantung, otak, pembuluh darah, serta organ lainnya.

Berdasarkan penelitian, pengidap OSA punya kemungkinan terkena stroke tujuh kali lebih tinggi, tujuh kali lebih tinggi mengalami kecelakaan mobil, dan berisiko menderita kanker lima kali lebih besar. Diduga, kekurangan oksigen menahun pada sel-sel tubuh menjadi pemicu pertumbuhan sel-sel kanker.

Bila kasusnya terjadi pada anak, pengaruh OSA biasanya berpengaruh pada prestasi belajar. “Bukan karena anak yang mengidap OSA punya inteligensi yang rendah, melainkan kualitas tidur yang buruk membuat anak mengantuk dan tidak konsentrasi saat di kelas,” kata Arie. OSA pada anak, kata dia, paling sering terjadi karena pembesaran amandel dan adenoid. Karena itu, operasi amandel yang dilakukan biasanya memberi hasil yang baik.

Menurut sleep therapist RS Premier Bintaro, dokter Lanny S. Tanudjaja, OSA tidak boleh dianggap remeh. Selain bisa menyebabkan masalah-masalah kesehatan yang serius, gangguan itu membuat fungsi tidur jadi menurun. Tidur, kata dia, mempunyai sejumlah fungsi yang penting bagi seseorang, seperti memperbaiki tubuh, mengorganisasi memori, mempertahankan fungsi imunitas tubuh, mengkonservasi energi, dan melindungi perilaku. Dalam hidup, durasi tidur yang dihabiskan adalah sepertiga dari usia seseorang. “Tidur yang cukup dan berkualitas sangat penting untuk kesehatan fisik dan mental,” kata Lanny.


Tempo.co

0 comments:

Post a Comment